Bukittinggi adalah kota kedua terbesar di Sumatera Barat dengan jumlah penduduk lebih dari 91.000 orang dan luas daerahnya berkisar 25.24 km². Berjarak sekitar 90 km dari kota Padang (ibu kota provinsi Sumatera Barat), kota ini berlokasi disekitar 2 gunung berapi yaitu Gunung Singgalang (tidak aktif) dan Gunung Merapi (masih aktif). Dengan ketinggian berkisar 930m dari permukaan laut, kota Bukittinggi berhawa dingin. Tapi sekarang karena efek global warming, Bukittinggi sudah tidak sedingin dulu. Dinginnya kota Bukittinggi masih bisa dirasakan saat malam dan pagi hari, tidak heran jika mandi di sini berasa ice bucket challenge.
Bukittinggi sangat terkenal dengan beragam wisatanya, baik wisata budaya, wisata alam, wisata belanja, dan tentunya wisata kuliner. Sebagai informasi, untuk mengeksplor kota ini tidak akan membutuhkan waktu yang lama. Namun karena pesatnya proses pembangunan di kota Bukittinggi, kota ini menjadi salah satu tujuan utama wisata Sumatera Barat baik di waktu liburan panjang maupun diwaktu long weekend. Saran saya, jika kamu ingin ‘menikmati’ kota Bukittinggi hindarilah berkunjung pada high season seperti libur lebaran, libur tahun baru, atau long weekend sekalipun karena akan penuh oleh lautan manusia dan lautan kendaraan (read: macet).
Kira-kira kita bisa berpetualang dimana saja ya di Bukittinggi ini?
Beberapa waktu lalu saya sempat mengajak teman-teman kantor untuk berlibur di Bukittinggi (ya, seharusnya saya memposting ini beberapa waktu lalu, hehehe). Ayo ikut berpetualang bersama kami!
Campago Resort Hotel
Sebenarnya banyak sekali hotel yang tersedia di pusat kota Bukittinggi. Saat itu kami telat untuk booking hotel sehingga hotel-hotel yang berada di jantung kota sudah fully booked. Namun untuk ada yang berwisata beramai-ramai, baik dengan keluarga maupun teman-teman, Champago Resort Hotel cukup saya rekomendasikan meski bukan berlokasi di jantung kota.
Berlokasi di Komplek Inkorba, Mandiangin Bukittinggi, hotel ini mensuguhkan suasana yang tenang, halaman luas, serta pemandangan yang luar biasa. Hotel yang terletak di atas bukit ini memanjakan mata kita, dengan jelas kita dapat menyaksikan matahari terbit serta pemandangan Gunung Merapi dan Gunung Singgalang. Untuk Anda yang senang photography dengan objek alam, hotel ini sangat cocok. Silakan menaiki tower hotel untuk bisa mengambil foto yang spektakuler.
Jam Gadang
Jam Gadang merupakan landmark Kota Bukittinggi yang berdiri kokoh di jantung kota dengan atap bagonjong khas Minangkabau. Icon ini pun memiliki cerita dan keunikan karena usianya yang sudah puluhan tahun. Jam Gadang dibangun pada tahun 1926 oleh arsitek Yazin dan Sutan Gigi Ameh. Pada saat itu, peletakan batu pertama pembangunan jam ini dilakukan putra pertama Rook Maker yang saat itu masih berumur 6 tahun. Jam ini merupakan hadiah dari Ratu Belanda kepada Controleur (Sekretaris Kota).
Dalam perjalanan sejarahnya, ornamennya telah mengalami beberapa kali perubahan. Pada masa penjajahan Belanda, ornamen jam ini berbentuk bulat dan di atasnya berdiri patung ayam jantan. Pada masa penjajahan Jepang, ornamen jam berubah menjadi klenteng. Sedangkan pada masa setelah kemerdekaan hingga sekarang, bentuknya ornamennya diubah seperti bentuk gonjong rumah adat Minangkabau.
Dengan tinggi 26 meter, Jam Gadang menjadi bangunan tertinggi di Bukittinggi. Jika kita melihat kearah jam yang tidak pernah mati tersebut, akan ada keanehan pada angka romawinya. Kira-kira apa ya? Hm, sebaiknya jangan dikasih tahu ya, agar bisa melihat dan menemukannya langsung.
Pasar Atas
Hanya berjarak beberapa meter dari Jam Gadang, kita sudah sampai di Pasar Atas (ya, sedekat itu). Di pasar ini banyak dijual beragam souvenir khas Bukittinggi, seperti lukisan, gantungan kunci, tas, kain tenun, dan banyak lagi. Tidak hanya itu, di Pasar Atas juga sudah banyak toko-toko yang menjual kebutuhan sehari-hari seperti baju, kelontong, hingga jajanan. Nah, harus pintar-pintar nawar ya agar bisa belanja banyak disini!
Makan Nasi Kapau di Pasar Lambung
Ya, lambung. Tidak salah. Di pasar ini dijual banyak sekali makanan khas Bukittinggi seperti Katupek Pical hingga Nasi Kapau. Melewati Pasar Lereng dari Pasar Atas, kita akan menjumpai Pasar Lambung disebelah kiri kita. Dulu disini tidak ada list menu dan harga, sehingga jika wisatawan lokal (yang tidak berbahasa Minang) atau bahkan wisatawan asing akan diberi harga yang tinggi! Namun tidak usah khawatir, Pemerintah Kota Bukittinggi sudah mengeluarkan peraturan kota sehingga tidak akan ada lagi hal ini terjadi. Semua warung sudah mencantumkan list menu dan harganya sehingga kita tidak perlu khawatir.
Nasi Kapau menjadi salah satu wisata kuliner yang harus dicoba jika berkunjung ke Bukittinggi. Kapau sendiri merupakan wilayah di Bukittinggi. Menu yang khas disini adalah gulai tambunsu (usus diisi tahu), tunjang (kikil), serta dendeng baladonya.
Nah, kira-kira kita akan explore bagian Kota Bukittinggi yang mana lagi ya? Silakan ditunggu ya untuk postingan berikutnya!