The Spirit of Pattaya

The Spirit of Pattaya

Hari kedua dibulan September 2013 (Hari keempat di Thailand), saya dan sahabat saya memutuskan untuk ke Pattaya dengan pertimbangan tidak jauh dari tempat kami stay sekarang dan tidak jauh juga aiport. Nah, alasan lain yang membuat saya ngotot harus ke Pattaya karena benar-benar ingin ke pantai sebelum berjumpa dan hidup kembali di kota Depok yang panas dan macet.

Dari Khao San Road kami menggunakan taxi ke Sai Tai Terminal. Sebenarnya untuk ke Pattaya teman-teman tidak harus menggunakan bus, banyak alternatif yang bisa dipakai selain menggunakan bus, seperti van, taxi, atau jalan kaki. Ya, tergantung dengan seberapa keuangan yang dipersiapkan juga sih. Tapi percayalah, dengan menggunakan bus saja sudah murah dan nyaman sekali.


Saat tiba di Sai Tai Terminal, kita akan pusing melihat loket-loket penjualan tiket sepanjang terminal. Harus cepat dan jeli sekali mencarinya karena mereka tidak hanya menjual tiket untuk Bangkok ke kota di Thailand saja, bahkan bus sebrang negara juga ada. Kami mendapatkan tiket bus Bangkok-Pattaya dengan harga 124 Bath. Nah, harga itu sudah termasuk sangat murah loh. Kalau mahir dan bisa menawar, ya teman-teman bisa coba.

Nah, bersiap-siaplah untuk menggunakan bahasa tubuh karena semakin keluar dari kota Bangkok maka semakin sedikit orang Thailand yang bisa berbahasa Inggris. Harus peka dan insting harus kuat kalau begini. Tapi jangan khawatir, meskipun sedikit yang bisa berbahasa Inggris, kita akan terselamatkan dengan tersedianya MAP atau peta kota yang bisa didapati dengan gratis, dan tentunya dengan format yang menarik dan sangat mudah dimengerti. Jangan lupa sediakan selalu pulpen ya untuk melingkari posisi teman-teman saat ini dimana karena akan pusing sendiri buat mencari ulang. Enaknya lagi, dengan peta wisata teman-teman bisa dengan mudah menemukan tempat-tempat wisata yang bisa dikunjungi.

Hal pertama yang harus dilakukan adalah mencari penginapan. Nah, sebelum ke Pattaya, kami sempat mencari-cari informasi di beberapa forum dan ada rekomendasi untuk stay di Tune Hotel. Namun setelah didatangi ternyata harganya sangat jauh (baca: mahal) untuk mahasiswa yang sedang kere dan backpaker-an. Jangan menyerah! Kami pun menelusuri jalanan di sekitar hotel, dan AHA! Kami melihat plang dengan tulisan Siam Guest House! Tidak menyangka, posisinya sendiri berada persis dibelakang hotel mahal. Dengan membayar 500 Baht permalam (jadi karena sharing 1 malam 250 Baht) kami sudah mendapatkan kamar dengan kasur, AC, TV, air hangat, WiFi super ngebut, dan sangat dekat ke pantai. Sekali lagi, makin jauh dari Bangkok makin sedikit yang berbahasa Inggris sekalipun yang punya Guest House tidak bisa berbahasa Inggris sama sekali.

Saya sangat senang berjalan di pantai Pattaya. Pantai yang tenang dengan ombak yang (sangat) kecil. Sepanjang jalan juga banyak jajanan murah di sini. Selain pantainya yang nyaman, teman-teman masih bisa dong tentunya menemukan makanan tradisional Thailand seperti Tom Yam dan Pad Thai. Teman-teman juga bisa share dengan teman-teman karena porsinya cukup besar. Dan hal yang paling saya senangi adalah, berbeda dengan Rumah Makan Padang yang makanannya sudah ada, semua makanan disini fresh abis dimasak langsung.

Kalau mau beli oleh-oleh semacam souvenir gitu, di dekat pantai sangat banyak. Kami menemukan suatu store (lupa nama jalannya. Yang pasti bukan di pinggir pantai banget, 1 blok mau ke pantai). Disana apalagi kalau mau borong mereka dengan mudah mau memberikan diskon dan free staff (ya satu aja sih, nggak banyak-banyak juga)

Nah, Pattaya sendiri juga terkenal dengan night life nya. Banyak sekali bar-bar yang bisa teman-teman kunjungi jika kalian senang dengan suasana club. Di luar bar sudah banyak sekali mbak-mabk dengan pakaian sexy, mulai dari bikini banget, pakaian dokter suster yang kancingnya dibuka yang mereka hanya pakai bikini. Gay Bar juga banyak sekali bisa teman-teman jumpai disini. Tinggal pilih sesuai dengan selera masing-masing. Sepengen itu nyoba ke bar di Pattaya tapi apa daya, rekan seperjalanan nggak mau (lain kali fix mau coba). Enaknya lagi, kalau di Jakarta kalau teman-teman mau ke club harus dandan, disini nggak perlu, mereka disini benar-benar mementingkan having fun, dance dan minum bersama. Nggak perlu dandan kayak club-club di jakarta (ini kata teman Amerika saya yang sempat saya jumpai sekitar 3 jaman di Pattaya)

Kalau tiba-tiba kangen mall, ya, saya juga sangat senang karena di dekat pantai ini masih ada Mall, Pattaya Central. Tapi ya namanya juga mall bagus, backpacker jangan belanja-belanji disini deh, yakin langsung miskin.

Saat di Pattaya, saya sempat ke Big Budha Temple. Temple ini berada di atas bukit, jadi cukup perlu perjuangan untuk bisa mencapainya. Jangan khawatir, banyak kendaraan umum yang bisa dimanfaatkan, cuma ya harganya lumayan karena itu tergolong jauh.

Sebenarnya 1 minggu benar-benar tidak cukup untuk bisa mengeksplor jauh Thailand. Suatu saat nanti saya akan kembali ke Thailand dan akan berbagi cerita bersama teman-teman. Eits, saya juga mau membaca cerita teman-teman tentunya!

A full time Jakartan who spend his weekdays as HR Recruitment Superintendent at Coal Mining Company and happy runner during weekend

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back To Top